Jumat, 28 Agustus 2009

The Sandro Rayhansyah Review : Jet - Shaka Rock

Artist : Jet
Album : Shaka Rock
Year : 2009
Score : 5,5 of 10


Sahabat lama kita, rock 'n' rollers asal Australia, Jet, kembali membuka garasi untuk di studio album mereka yang ketiga. Shaka Rock bisa disinonimkan dengan garage rock ala mereka yang sebenarnya tidak terlalu kelihatan diferensiasinya dengan teman-teman mereka yang berada di genre yang sejenis. Riff yang mengadaptasi garis rock garasi yang berkiblat pada Rolling Stones era 70an dan mengemulsi raungan gitar hard-rock ala AC/DC, namun dengan pendekatan pop ala Oasis yang penuh hook-hook singalong dimana-mana.

Setelah Get Born, Shine On, dan sekarang di Shaka Rock, mereka pun tak kemana-mana, Jet tetap disana. Entah enggan untuk mencari sesuatu baru yang signifikan atau apa, Shaka Rock masih seperti pembuktian akan sesuatu yang tak berbeda sama sekali. Oke kita mendengar bebunyian piano yang tidak sekedar imbuhan kord pemanis seperti di "La Di Da" ataupun di "Seventeen" yang berhasil menjadikan instrumen piano sebagai tekstur lagu yang tidak hanya bersifat supplementatif ataupun sebagai seri kelanjutan dari ballada "Look What've You Done" dan "Shine On" di album-album Jet sebelumnya. Namun "Goodybye Hollywood", "Let Me Out", hingga "She Holds A Grudge" adalah formula rock -anak mama generik- tanpa harapan yang (lagi-lagi) berharap bisa mencapai keagungan ballad berkelas seperti karya "Radio Song"- mereka di Get Born.

Beruntung mereka masih bisa menggigit di nomor hard-rock groovy ala AC/DC peninggalan "Put Your Money Where Your Mouth Is" di "Shes Genius" yang seharusnya akan membuat mereka masih dalam kasta yang sama dengan Kasabian ataupun Kaiser Chief. Coba simak juga pop-rock manis "La Di Da" yang terdengar seperti Rolling Stones era Brian Jones yang merilis Aftermath ditahun 2006, bukan 1966.

Jet bukanlah tipikal band rock yang terlalu peka dengan lingkungan sosial. Mereka lebih memilih berbicara tentang wanita, patah hati, dan prostitusi daripada berbicara tentang wacana protes, anti-war, ataupun hal-hal lain yang kerap dibicarakan dalam konteks rock. "K.I.A (Killed in Action)" merupakan sebuah lelucon besar di departemen lirik Jet. Terdengar lebih cocok menjadi soundtrack film komedi dari pada film action ataupun perang.

Shaka Rock nyaris menjadi karya paling ironis dalam sepanjang sejarah karir bermusik Jet. Jika di album berikut Jet masih lantang memainkan rock-rock klishe sefasih di Shaka Rock kali ini, saya pastikan album tersebut adalah album bunuh diri. Produk lokal kita seperti The Brandals ataupun The S.I.G.I.T, saya rasa punya kualitas yang berada jauh di atas Jet. Entah apa yang terjadi pada rocker-rocker asal Australia, setelah The Vines bunuh diri di album Melodia, Jet pun juga menyusul melakukan hal yang tidak jauh berbeda. Mungkinkah ini pertanda kemunduran rock australia? harapan saya hanya tersisa di Wolfmother.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar