Sabtu, 22 Agustus 2009

The Sandro Rayhansyah Review : Monkey To Millionaire - Lantai Merah


Artist : Monkey To Millionaire
Album : Lantai Merah
Year : 2009
Review Score : 8 of 10




Monkey To Millionaire adalah band indie jebolan L.A Light Indie Festival edisi tahun kemarin bersama The Morning After, Wind Cries Mary, dan band-band indie lainnya. Tak seperti teman-teman band seperjuangan mereka di festival indie tersebut yang sekarang hilang entah kemana, Monkey To Millionaire adalah band yang paling terdengar dan disebut di antara band-band indie festival rokok manapun. Walaupun single "Rules and Policy" mereka di album kompilasi tersebut hanya terdengar berlalu begitu saja di telinga saya, makin kesini mereka berhasil membuktikan bahwa mereka bukan band-band indie latah yang kesekian kalinya terlalu mencoba menjadi keren untuk ber-rock n roll dengan lirik sok berbahasa inggris.

Dibawah naungan Sinjitos Records yang juga menaungi nama-nama besar seperti Gugun and The Blues Shelter, hingga Santamonica, 'Lantai Merah' adalah album debut 'tidak biasa' yang di-package secara serius dari segi industri dan kualitas.

Untuk informasi, bulan kemarin sempat diadakan release party untuk album ini yang diadakan di score citos. Tak tanggung-tanggung, nama-nama besar seperti The Porno, Gugun and The Blues Shelter, dan Santamonica didaulat menjadi opening act untuk pesta rilis band baru unik yang bernama Monkey To Millionaire ini, yang jujur saja kita tahu semua band ini belum ada apa-apa-nya secara popularitas. Bahkan, mereka tiba-tiba diendorse oleh Wrangler (bahkan juga didesain Monkey To Millionaire Signature Version untuk jeans dan kaos produksi Wrangler), padahal pertanyaan simpel saja belum tentu bisa dijawab banyak orang, "siapa mereka?". Tapi, terlepas dari semua itu, yang pasti ini adalah bukti konkrit yang serius dalam strategi promosi dari pihak management sekaligus label yang terlihat sangat supportif terhadap mengorbitkan band baru mereka.

Ketika mendengar free download single "Merah" ataupun single radio "Replika", tak sulit untuk menebak bahwa Weezer, The Lemonheads, Nirvana, Strokes, hingga Arctic Monkeys adalah oknum-oknum yang paling bertanggungjawab dalam memberi pengaruh musikalitas kepada trio-monyet-rock ini. Atmosfer Monkey To Millionaire di "Lantai Merah" adalah kejayaan gerakan alternatif/indie rock tahun 90an-00an dengan mazhab yang mengambil kiblat yang lebih ke 'arah britpop'. Rumus andalan mereka adalah indie-rock minimalis penuh distorsi gitar dengan kadar seperlunya, diramu dengan lirik campuran indonesia-inggris berkelas, tidak asal bahasa inggris supaya terdengar cool, dan kebetulan kualitas lirik Indonesia mereka yang mampu menyaingi departemen lirik Efek Rumah Kaca sekalipun. Tentu saja perihal krisis identitas yang dialami banyak band indie rock lokal sekarang, berhasil mereka tepis dengan baik. Mutlak dengan modal musikalitas dan lirik yang tidak dimiliki banyak orang, Monkey To Millionaire sudah akan membuat banyak band indie rock lokal iri.

Dari sisi produksi pun, "Lantai Merah" jelas tidak main-main. Lirik dan musikalitas cerdas mereka adalah dua taring sama kuat yang akan menjadi bekal utama 'monyet-monyet calon jutawan' ini untuk tak akan begitu saja menghilang berlalu dari peredaran kancah musik lokal dalam beberapa tahun ke depan. Mereka berhasil total me-interpretasi setiap lagu dengan lirik berbait line-line kalimat yang menjadi signature 'khas' dari setiap komposisi di "Lantai Merah". Coba simak "Replika" yang bercerita tentang protes trend gaya hidup dan pola pikir, dimana Wisnu (Vokalis-Gitaris) bersuara "Satu Melakukan, Maka Lakukan Semua" bagai 'replika' Julian Casablancas versi kw1 yang elegan. Kemudian "Merah" yang sangat atmoferik dengan suasana ambience duet Gitar-Bass yang menusuk memperkuat tema keputus-asaan, "Mereka yang kita sayangi, yang paling mampu melukai" benar-benar mampu menghipnotis suasana dibalut dengan nada-nada yang penuh hook. Ada juga "Fakta dan Citra" yang menggabungkan pola sajak sederhana yang unik, "Seperti langit dan birunya, seperti diam dengan emasnya", "30 Nanti" yang berbicara tentang keprihatinan terhadap gejolak sosial yang dihadapi kaum perempuan diumur lewat 30 dengan elemen rock datar-kelam ala Interpol. Dan penutup ballada pop-rock manis yang menghadirkan bintang tamu yang tidak saya pernah dengar sebelumnya bernama Marsha bla2 (Maaf saya lupa), dalam satu nomor yang sangat catchy di "Strange is The Song In Our Conversation". Coba simak juga lirik berbahasa inggris di tiga lagu lainnya di "Let Go". "The Vow", dan"Clown" yang tak kalah menarik untuk dibandingkan dengan lirik bahasa Indonesia mereka.


From "Zero" to "Hero" adalah arti dari balik nama "Monkey To Millionaire" seperti yang mereka wacanakan. Dan "Lantai Merah" berhasil membuktikan semuanya. Credit besar untuk Iyup (Santamonica) yang berhasil memproduseri album ini menjadi terdengar lebih matang secara performa sound dan mixing. Alhasil, Monkey To Millionaire berhak naik langkah satu tangga menjadi 'pahlawan' sekaligus menjadi 'jutawan' (mungkin) lewat debut album impresif yang akan membuat banyak orang berdansa di "Lantai Merah".

2 komentar:

  1. setubuh gan !!!! mantap memang mereka...

    BalasHapus
  2. wah ndro, gw kebetulan nemu journal lo pas lagi browsing, haha..
    Keren2..
    Gw juga suka beberapa lagu MtM.. Cool and catchy..
    *btw, nih blog ga update lagi?

    Ronald_interista

    BalasHapus